Bisa ditebak, seorang karyawan di sebuah bank swasta, gaji setiap bulannya relatif memadai. Sudah cukup untuk membiayai keperluan dapur, biaya anak sekolah, biaya harian malahan untuk keperluan tersier seperti jalan-jalan ataupun wisata. Bila sudah mencapai kondisi seperti itu, rasa-rasanya mau apalagi hidup? Tinggal memperbanyak bersyukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan rezeki-Nya.
Bersyukur merupakan ekspresi rasa puas atas terhadap karunia hidup dan segala kenikmatan yang telah dirasa, yang telah dianugerakan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Namun, ini bukan berarti kehidupan sudah mencapai garis finish, berakhir berhenti di sana. Tidak sama sekali. Kehidupan akan terhenti ketika kita menghembuskan nafas terakhir. Sesuatu bisa terjadi diluar dugaan kita. Kehidupan yang sedang tenang, tentram serba kecukupan bisa berubah 180 derajat. Karena itu perlu kita mengantisipasinya dengan berbagai hal yang mungkin kita bisa lakukan. Berusaha mencari nafkah selain sumber utama yang telah didapat bukan berarti kita tidak bersyukur. Bukan soal pendapatan lebih kita terima namun banyak kemungkinan yang kita bisa kita alami. Kehidupan selalu mengalami perubahan, setiap waktunya. Banyak hal yang bisa kita tempuh untuk pekejaan sampingan, semisal membuka warung makan di depan rumah, menyediakan jasa fotocopyan, usaha online, laundry dan lain-lain.
Hilangkanlah Pikiran Bahwa Kedudukan Kita Penting
Seseorang yang mempunyai kedudukan itu menyenangkan. Dipentingkan orang, diperlukan orang. Dicari dan dihormati Bak raja. Bila ada keinginan selalu ada yang memenuhi. Meski, dalam kondisi kita sebagai orang yang dipentingkan, kita perlu selalu waspada. Di dunia ini, Kedudukan tidak lah langgeng, selalu ada orang yang akan menggantikan. Dengan mempersiapkan diri lewat usaha sampingan, maka bilamana terjadi sesuatu yang tidak kita harapkan, kita sudah siap menerimanya. Seperti peribahasa Inggris: Hoping for the best, but ready for the worst. Mengharapkan yang terbaik namun harus siap menerima kenyataan yang terburuk sekalipun.
Sebuah Contoh Pengalaman Pribadi seorang Teman
Beliau memiliki Kedudukan, sebagai Kepala Kantor Wilayah. Menjabat di lingkungan kota kecil, Jabatan Kepala Kantor Wilayah merupakan sebuah jabatan yang cukup disegani.Terlepas dari jabatannya sebagai Kakanwil, sebut saja Pak Suwono adalah teman baik kami. Jabatannya tidak ada kaitannya dengan bisnis yang saya tekuni pada waktu itu. Persahabatan kami terjalin tanpa perekat materi. Keakraban kami telihat dari seringnya kami saling mengunjungi. Dan baiknya tak perah terdengar gosip miring tentang kami, dikarenakan bidang yang kami geluti pada waktu itu berbeda.
Pak Suwono termasuk Pegawai Negeri yang Jujur. Berkerjanya bersih, tidak terlibat kolusi. Kehidupannya sangat sederhana. Sewaktu kami ngobrol sering saya sarankan kepada beliau untuk memulai usaha sampingan dalam mempersiapkan masa pensiunnya. Namun, Pak Suwono merasa gaji yang diterimanya tiap bulan jumlahnya sudah besar. Beliau tidak ingin
dipusingkan dengan kerja sampingan yang belum pasti hasilnya.
Badai datang: Berganti atasan berganti juga kebijakan
Baru beberapa bulan menjabat kakanwil terjadi pergantian menteri. Pak Suwono di mutasi ke kantor pusat dengan status non job. Status non job yang dikenakan pak Suwono berlangsung berbulan-bulan. Walau gaji bulanannya selalu diterima dari negara, bagi Pak Suwono hal ini yang menyebabkan pukulan bathin yang cukup keras. Karena tidak tahan dengan keseharian tanpa kerja yang jelas, akhirnya Pak Suwono meminta pensiun dini. Pak Suwono sudah terbiasa sibuk, ketika keseharian tanpa kesibukan psikologinya kena. Pak Suwono mengalami frustasi dan depresi. Akhirnya setelah jatuh sakit beberapa lama, beliaupun meninggal dunia.
Siapapun Dapat Mengalaminya
Hal semacam ini sering terjadi, namun orang tidak menjadikannnya pelajaran. Sesuatu yang terjadi pada diri orang lain, kemungkinan suatu waktu giliran kita yang mengalaminya. Oleh karena itu, langkah yang cerda, bila sedini mungkin, kita sudah mempersiapkan kegiatan sampingan, semisal berkarir dalam organisasi ataupun pekerjaan sampingan, sehingga andaikata suatu waktu, Tuhan menakdirkan kita tidak bekerja lagi, kita masih ada
kegiatan atau pekerjaan sampingan sehingga kita power sindrom atau shock, meski dari karir organisasi atau pekerjaan sampingan hasilnya tidak bisa diandalkan. Anda? Semoga tidak.