Hari ini saya melakukan manasik haji yang perdana di kecamatan. Dimulai pukul 08.00 selama 3 jam ke depan. Saya agak terlambat masuk ruangan. Jamaah sudah sekitar 40-an sudah memenuhi ruangan utama masjid.
Untungnya acara inti pembahasan tata cara haji belum dimulai. Panitia masih memperkenalkan pembicara. Tak lama setelah saya bersila, protokol mempersilahkan pembicara, seorang yang sudah berumur, dipersilahkan untuk menyampaikan materi pertama manasik
Uraian pertama yang disampaikan adalah pentingnya mengikuti manasik. Bagi jemaah yang mengikuti manasik bisa dipastikan dalam pelaksanaannya ibadah haji akan tertib dan lancar, tidak kasak kusuk.
Jamaah akan tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. jamaah juga akan tahu urutan pelaksanaan ibadah, sehingga dapat mempersiapkan diri sebelumnya.
Ibadah haji tegolong ibadah yang cukup berat. Oleh karena itu jemaah sebaiknya mempersiapkan mental dan fisiknya.
Untuk urusan fisik pemerintah sudah jauh-jauh hari mengecek kesiapan fisik para jemaah dengan pendataan kesehatan. Saking seriusnya masalah ini malah dilakukan berkali-kali.
Untuk urusah mental, para jemaah harus bisa mengelolanya sendiri. Tidak jarang para jamaah yang urung berangkat karena masalah mental ini.
Pembicara yang sudah pengamalan puluhan tahun mengurusi ibadah haji ini, punya banyak kisah yang unik yang dijumpai soal masalah mental calhaj ini.
Hal-hal penyebab gagal berangkat haji mulai dari hal sepele sampai hal serius. Ada calhaj yang mau berangkat haji tiba-tiba mengurungkan keberangkatannya padahal sudah sampai di karantina. Setelah diselidiki ternyata dia merasa khawatir tentang anak-anaknya yang lupa tidak dikasih sangu, untuk selama dia tinggalkan.
Ada juga jemaah yang sudah naik pesawat malah minta balik dan diturunkan hanya karena persoalan keheranan 'masak sih besi bisa terbang' (dan jamaah yang hadirpun termasuk saya keheranan masak sih ada orang yang seperti itu hehe). Akhirnya pesawatpun mendarat kembali ke bandara.
Ada lagi jamaah yang tidak jadi berangkat karena urusan pembelian mobil yang belum tuntas. Katanya pembayaran sudah dilakukan namun mobil belum datang ke rumah. Dia cemas, stress dan gagallah dia berangkat haji.
Unik juga ya kisahnya...
Pemateri pun memberikan tips agar kita bisa berangkat haji dengan mental yang prima, yaitu 3S dan TS. 3S singkatan dari Senang, Semangat dan Senyum ditambah Tidak Sombong.
S yang pertama Senang. Jamaah harus senang dengan undangan Allah ini. Lakukan ibadah ini dengan gembira. Allah sudah menakdirkan kita untuk menjadi tamu-Nya di tahun ini. Tengok saudara-saudara kita yang masih harus antri bertahun tahun. Kita yang sudah mendapatkan porsi tahun ini seharusnya diterima dengan perasaan senang.
S yang kedua, semangat. Dalam hal melakukan ibadah ini tentu harus dengan semangat. Semangat untuk menjemput janji Allah. Allah sudah janjikan yang sangat besar untuk hamba-Nya yang melaksanakan ibadah haji.
S yang ketiga senyum. Ini yang bersangkutan dengan kesabaran. Ibadah haji dilakukan dengan rentang waktu yang cukup panjang. paling tidak 40 hari dari keberangkatan sampai kepulangan. Pastinya akan bersinggungan dengan banyak orang yang selama ini tidak kenal dan mendadak harus dalam satu kehidupan seama 40 hari. Kebiasaan-kebiasaan di rumah akan terbawa ke dalam kehidupan ibadah haji nantinya. Nah, untuk hal ini memang dibutuhkan penerimaan hati yang luas. Berusahalah tersenyum bila mengalami masalah.
TS singkatan dari Tidak Sombong. Ada kesan bahwa pada saat melakukan ibadah haji maka waktu itulah kita mendapatkan balasan selama kita hidup sebelumnya. Hal ini sering membuat orang gelisah. Sebenarnya kita tak perlu cemas, yang salah ada kita tidak merasa mempunyai kesalahan dan dosa. Kta harus akui bahwa kita mempunyai kesalahan dan banyak-banyaklah mohon ampun kepada-Nya dengan istighfar. Pertanda kita sombong adalah ketika kita merasa bahwa kita tidak berdosa maka akan datang secara nyata akibatnya di sana.
Selain itu di kota suci itu sering orag bercerita tentang balasan Allah yang kontan atas perbuatan kita. Kalau kita berbuat kebaikan maka tanpa harus menunggu lama kebaikan itu akan datang kembali pada kita dalam bentuk yang lain.
Sebagai penutup, pembicara memberikan perumpamaan. Umpakan kita sebagai tamu, bila berkunjung ke rumah seseorang maka kita harus bersikpa dengan tamu yang baik, bila tidak maka orang yang dikunjungi pasti tak akan berkenan dengan polah kita. Hal sama harus kita lakukan ketika kita bertamua di rumah Allah. Berbuatlah yang baik-baik dan terbaik sehingga Allah yang dikunjungi oleh kita merasa senang dengan kedatangan kita.
Wassalam